Para ilmuwan mengatakan orang dewasa yang hanya tidur 4,5 jam per malam akan memproduksi molekul darah yang merangsang untuk makan. Dalam pertemuan tahunan Endocrince Society, ilmuwan menyebutkan molekul ini merupakan bagian dari sistem endocoannabinoid dan hampir sama dengan konten narkotik pada mariyuana. Molekul ini memancing orang untuk mengudap.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kurang tidur meningkatkan rasa lapar dan selera makan," ujar Dr Erin Hanlon dari Chicago University, seperti dikutip situs Telegraph edisi 19 Juni 2013. "Mekanisme kelebihan makan setelah kurang tidur menjadi faktor yang meningkatkan molekul endocannabinoid, yang disebut 2-arachidonoylglycerol atau 2-AG."
Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan orang berusia rata-rata 23 tahun yang menghabiskan 12 malam waktu tidur di dalam laboratorium. Para partisipan diizinkan untuk tidur sekitar pukul 23.00 hingga 07.30 selama satu periode, dan mulai pukul 01.00 hingga 05.30 pagi untuk periode yang lain.
Selama jam-jam terjaga, para partisipan makan kalori yang dikontrol berdasarkan berat tubuh dan tinggi badan mereka. Setelah malam kedua dari masing-masing waktu tidur, para ilmuwan mengambil contoh darah dari para partisipan dengan interval satu jam selama 24 jam. Para ilmuwan menganalisis contoh untuk 2-AG, komponen dari sistem endocannabinoid.
Hasilnya, ujar Dr Hanlon, angka 2-AG mencapai puncaknya pada sore hari, terutama pada mereka yang kurang tidur. "Temuan ini mempunyai relevansi yang tinggi bagi jutaan orang yang mengalami risiko obesitas dan konsekuensi kesehatan yang disebabkan oleh pendeknya waktu tidur malam atau gangguan tidur," ujar dia.
sumber
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kurang tidur meningkatkan rasa lapar dan selera makan," ujar Dr Erin Hanlon dari Chicago University, seperti dikutip situs Telegraph edisi 19 Juni 2013. "Mekanisme kelebihan makan setelah kurang tidur menjadi faktor yang meningkatkan molekul endocannabinoid, yang disebut 2-arachidonoylglycerol atau 2-AG."
Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan orang berusia rata-rata 23 tahun yang menghabiskan 12 malam waktu tidur di dalam laboratorium. Para partisipan diizinkan untuk tidur sekitar pukul 23.00 hingga 07.30 selama satu periode, dan mulai pukul 01.00 hingga 05.30 pagi untuk periode yang lain.
Selama jam-jam terjaga, para partisipan makan kalori yang dikontrol berdasarkan berat tubuh dan tinggi badan mereka. Setelah malam kedua dari masing-masing waktu tidur, para ilmuwan mengambil contoh darah dari para partisipan dengan interval satu jam selama 24 jam. Para ilmuwan menganalisis contoh untuk 2-AG, komponen dari sistem endocannabinoid.
Hasilnya, ujar Dr Hanlon, angka 2-AG mencapai puncaknya pada sore hari, terutama pada mereka yang kurang tidur. "Temuan ini mempunyai relevansi yang tinggi bagi jutaan orang yang mengalami risiko obesitas dan konsekuensi kesehatan yang disebabkan oleh pendeknya waktu tidur malam atau gangguan tidur," ujar dia.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar